Selasa, 16 Desember 2014

Hari Tanah Internasional dan Rangkaiannya Untuk Anak Cucu.

Bertepatan dengan hari Tanah Dunia yang jatuh pada tanggal 5 Desember 2014 anak-anak himpunan mahasiswa ilmu tanah IPB merayakan Hari Tanah Dunia bersama Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane dan  SATGAS Pengelolaan Sampah Faperta Hijau, dengan berkampaye membagikan Stiker pada para penjalan kaki yang membawa makanan.
 Maksud dari kampaye ini sendiri adalah mengigatkan para pejalan kaki yang membawa bawaan berupa makanan ataupun minuman yang mengandung plastik supaya tidak membuang sampahnya sembarang yang akan mengakibatkan Tanah dan Air tercemar. Ihsan ketua HMIT (himpunan mahasiswa/i ilmu tanah) bersama Hari Yanto (hari kikuk) dan Andri mengajak para pejalan kaki menghormati Tanah dengan tidak membuang sampah sembarangan yang nantinya akan mencemari tanah dan air. Ihsan menambahkan dalam rangka hari Tanah Internasional ini juga HMIT mengadakan diskusi di kalangan mahasiswa maupun mahasiswi untuk terjun lapang ke hulu sungai Ciliwung dan diskusi tentang permasalahan Agraria menjadi topik pilihan serta mengundang Dekan Fakultas pertanian Institute Pertanian IPB Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr sebagai pembicara dalam serangkaian hari Tanah Dunia. 
Dalam pemaparannya Dr. Ir. Ernan Rustiadi. M. Arg memaparkan tentang permasalahan sampah dan prilaku manusia yang kurang menghormati Tanah, serta terkait sejarah terbentuknya Universitas Institute Pertanian Bogor. Dimana IPB di resmikan oleh Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno yang pada pidatonya juga mengundang seluruh rakyat, petani di Indonesia pada saat itu juga di hadiri oleh pak Toyib. Tentang ketahanan pangan merupakan hidup mati negara Indonesia.
 
Selain itu Dr. Ir. Ernan Rustiadi. M. Arg juga menjelaskan akan pentingnya ketahanan pangan bagi Negara Indonesia dimana pulau jawa yang merupakan hanya 6 persen dari daratan Indonesia menjadi tumpuan dan pemasok pangan sebesar 60 persen bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Selain membahas terkait pertanian dan pasokan pangan Dr. Ir. Ernan Rustiadi. M. Arg. Juga menceritakan tentang hukum negara kita serta para pelaku penguasaan lahan bagi para konglomerasi Negara kita sendiri. Dimana para konglomerasi negri ini mementingkan dirinya sendiri ketimbang rakyat banyak. Padahal kalau bicara hukum, hukum sebenarnya sudah ada sejak dari jaman kerajaan yang kini kita kenal dengan nama hukum adat, sebenarnya hukum adat ini merupakan hukum yang turun temurun ketimbang hukum yang kita kenal saat ini, yang kita ikuti peraturannya sejak pada jaman penjajahan hindia belanda dimana pada jaman itu hanya orang yang berkuasa saja yang memiliki lahan yang luas, apa bedanya dengan sekarang? Hanya orang yang punya uang banyak yang memiliki tanah/lahan yang luas untuk kepentingan kalangan nya sendiri tampa memikirkan rakyat dan petani. Seharusnya kita memiliki batasan karna kalau ini terus dibiarkan maka ketahan pangan negara kita akan terancam dan petani juga tidak memiliki lahan sehingga menjadi pekerja di tanahnya sendiri nantinya. Tutur Ernan. Tapi berkaca dari hukum bahwasannya pada tahun 2013 dimana ada organisasi non pemerintah Yaitu AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara)  mengugat kementerian Kehutanan terkait permaslahan lahan hutan lindung yang mengacu pada hukum yang merunut pada pemerintahan Indonesia dimana Hutan Lindung maupun Kawasan hutan merupakan milik Negara, padahal didalamnya masih banyak masyarakat adat salah satu contohnya di Kalimantan, Sumatera, Jawa, Papua, dan pulau Sulawesi di Nusantara ini yang masih hidup didalam hutan dengan rumah rumah yang berada di dalam hutandimana menurut hukum pemerintah kita itu tanah Negara. Padahal mereka juga sama (masyarakat adat) memiliki keyakinan bahwasanya apa yang mereka tempati dan tinggali merupakan warisan dari para leluhur masyarakat Adat itu. 
Namun pada tahun 2013 dimana pada saat itu Komisaris Jendral Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Ir.  Abdon Nababan, mengugat Kementerian kehutanan ke Mahkama Kontitusi (MK) terkait permasalahan Lahan dan Tanah Adat yang merupakan warisan leluhur itu dan dalam perjuangan memperjuangkan Hak masyarakat adat terkait tanah dan lahan mereka membuahkan hasil, sehingga bisa merubah hukum bahwasanya sejatinya hukum yang memang seharusnya jadi panutan adalah hukum Adat tutur Dr. Ir. Ernan Rustiadi. M. Agr pada mahasiswa/i yang hadir di acara serangkaian memperingati Hari Tanah Dunia. 

Oleh sebab itu seharusnya para penerus Bangsa seperti kalian(mahasiswa/i) inilah yang seharusnya kritis nantinya yang juga ikut memperbaharui dan memberikan masukan terkait kebijakan pemerintah tentang Agraria. Tentunya oleh sebab itu kalian akan tahu bahwasanya betapa pentingnya ilmu kalian tentang Ilmu Tanah yang kalian pelajari, di tambah kalian juga kemarin yang juga  terjun lapang di hulu sungai Ciliwung, dimana tentunya kalian melihat langsung apa yang terjadi di hulunya Ciliwung bahwasannya banyak di dapati pelangaran-pelangaran yang berkaitan dengan tataruang dan persoalan Agraria. Dimana bukan hanya petani yang merusak lahan hutan maupun hutan lindung namun juga banyak para konglomerasi Negri ini juga yang merusaknya bahkan orang-orang itu bukannya tak mengerti hukum, malahan mereka sangat ahli dalam hukum maupun yang seharusnya menegakkan hukum itu sendiri pun terlibat.  Jadi apa yang salah dari negri ini untuk mempertahankan persoalan pangan dan Agraria di tambah jika musim kemarau, air kering masyarakat sulit mencari air, air yang ada pun juga tercemar oleh sampah. Yaitu sungai-sungai di Bogor ini juga tercemar seperti halnya Ciliwung dan Cisadane padahal airnya masih di manfaatkan namun kalian lihat kondisinya seperti apa setelah kalian terjun lapang. Jadi gimana hasil pertanian kita akan sehat kalau airnya pun tercemar di tambah makin banyaknya para petani yang berharap hasil panennya melimpah yang mengunakan pupuk kimia, padahal itu belum tentu membuat hasil panen melimpah. Tutup Dr. Ir. Ernan Rustiadi. Agr. Dalam paparan serangkaian Hari Tanah Internasional yang jatuh pada tanggal 5 Desember 2014 kemarin. 

Minggu, 30 November 2014

Kampaye Sungai Ciliwung Cisadane di tataraan Campus IPB

Pada tanggal 30 November 2014, Satgas Pengelolaan Sampah Faperta Hijau IPB, berkampanye dan mengenalkan jati dirinya dalam upayanya menggapai mimpi Sungai Tjisadane bersih. Kami berharap mimpi ini juga dilihat di mata mahasiswa/i IPB. Kampanye dilakukan di Gedung Toyib, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan di pelataran Koridor Pinus.

Pada acara yang di inisiasi oleh  BEM  Faperta dan mahasiswa/i Agriphoria IPB, kami Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) juga berkesmpatan mengenalkan jati dirinya melalui kampaye. Kegiatan KWCC ini di persentasikan oleh Dr. Ir. Ernan Rustiadi selaku Dekan Fakultas Pertanian IPB di Gedung Toyib dan Hari Yanto (Hari Kikuk) di pelataran Koridor Pinus.

Hari Kikuk (baju biru) bersama pengunjung kampanye KWCC di Koridor Pinus, IPB.

Sebenarnya Acara di Pinus dan di Toyib adalah serangkaian, namun kita harus berbagi peran sembari mencari contoh yang kongkrit untuk menjadi narasumber untuk menginpirasi di kegiatan kami. Nah pada acara ini, ada beberapa narasumber yang berpersentasi, yaitu Een Dari KPC Bogor, Pak Ernan Dari Faperta Hijau, Pak Kamil yang menjelaskan tentang biopori.

Pada intinya, di acara ini, kami Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) dalam upaya hampir sama yaitu pengen menyelamatkan lingkugan. Seperti halnya Pak Kamil tentang biopori. Pak Kamil pengen bebrbuat sesuatu untuk mencegah air supaya tidak langsung masuk ke sungai.

Ditambah memang Kota Bogor merupakan kota hujan. Jadi belum tentu aman kalau musim kemarau datang, kata Pak Kamil. Contohnya dua tahun yang lalu, tahun 2012 Bupati Bogor didemo warganya karna susahnya mendapatkan air.  Oleh sebab itu, tutur Pak Kamil, mari kita salurkan air kita ke dalam tanah. Mari kita buat lubang biopori, tutup Pak Kamil.

Pak Ernan, Dekan Faperta IPB menjadi nara-sumber tentang pengelolaan sampah di Kampus Darmaga.

Senada dengan Een Irawan Putra, gimana pada tahun 2009 di Kota Mbogor, ada sebuah kelompok yang lahir dari hanya karna hobynya yang suka memancing di Sungai Ciliwung. Yaitu Hari Yanto (Hari Kikuk) dan Hapsoro (Alm). Dari kedua orang inilah kelompok KPC (Komunitas Peduli Ciliwung) ini terbentuk.

Yang kini saya geluti dengan ber-KPC dan berupaya menyelamatkan Tjiliwoeng tak perduli orangnnya banyak maupun sedikit, tak perlu perdebatan, tak perlu banyak omong, yang perlu adalah apa yang harus kita lakukan jika Ciliwung rusak? Bagaimana jika sungai banyak sampah dan tercemar?

Komunitas ini memiliki slogan Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak, yang artinya jika Ciliwung ruksak hidup kita yang tinggal di Daerah Aliran Sungai (DAS) akan balangsak atau sengsara. Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Kota Bogor merupaka sebuah kelompok yang voluntary berkegiatan di Sungai Ciliwung di setiap pekannya.

Asun dari Komunitas Ciliwung.

Hal di atas sama persis dengan apa yang ingin dilakukan oleh Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) untuk menjawab mimpi Sungai Tjisadane yang berair bening, jernih ditumbuhi rerindangan pohon. Hal lain juga sungai dimanfaatkan oleh mansyarakat bantaranya dengan MCK. Bukan dijadikan tempat sampah maupun tempat buang limbah.

Karna, salah satu yang mendirikan Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) merupakan juga yang mendirikan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC), oleh yaitu Hari Yanto Kikuk dan beberapa kawan-kawannya. Maka memang mimpi dan nama Tjiliwoeng juga di bawa ke Tjisadane yang bertujuan tetap melakukan sesuatu didekatnya tinggal.

Tak perduli itu sungai apa, tak perduli orang akan bilang apa, tak perduli dianggap gila. Yang Hari Yanto (Hari Kikuk) dan kawan-kawan pedulikan adalah apa yang perlu dilakukan untuk sumber kehidupan air Sungai Cisadane dan Ciliwung. Demi KWCC yang telah didirikannya bersama kawannya.

Slogannya pun sama yaitu Cisadane Ruksak Hirup Balangsak. Artinya: jika Cisadane rusak, hidup masyarakat di daerah aliran sungainya akan sengsara. Yang membedakan adalah cara dan upaya penyelamatannya. Jika di Ciliwung mulung sampah di sungai setiap hari Sabtu Pagi, di Cisadane memulai berkampanye merubah dan mengingatkan orang-orang dari segi prilaku tidak buang sampah sembarangan. Alasanya dimanapun orang buang sampah, ujung-ujungnya ke sungai dan muaranya ke laut.

Tempat sampah yang memisahkan antara sampah plastik/kertas dan sampah organik.

Nah pada kesempatan acara Handycraft  Argophoria di Koridor Pinus, Faperta IPB, Hari Yanto (Hari Kikuk) diminta menjadi juri kerajinan tangan dan inovasi. Kegiatan ini dilakukaan oleh anak-anak SMA terbaik bangsa di Indonesia.

Hari Kikuk menyampaikan visi missi Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) serta peranannya berkomunitas. Hal lain juga, upayanya menyelamatkan lingkungan di Indonesia khususnya sungai-sungai yang mengalir di Mbogor.




 

Berbagi Pengalaman dalam Pengelolan Sungai oleh Komunitas dimata Dunia.

Pada tanggal 28 November 2014 komunitas wilayah ciliwung cisadane (KWCC), Ciliwung Institute dan recikal tani lestari mengikuti pertemuan terkait pembahasan tentang kawasan puncak di Aula Ahmad Baeihaqi P4W IPB Baranangsiang kota Bogor.

Pada pembahasan dalam upaya penyelamatan puncak yang di lakukan oleh konsorsium penyelamatan puncak, kwcc juga ikutan terlibat serta mengenalkan komunitas wilayah ciliwung cisadane dan Recikal tani lestari pada para peserta yang hadir di pertemuan kawasan puncak yang di hadiri oleh komunitas pencinta sungai dari berbagai daerah di Indonesia hingga manca Negara. peserta komunitas pencinta sungai dari Indonesia terdiri dari Riska dari Ecoton sungai Brantas, Okka dari sungai DAS lamasi dan das bengkulu, Een Dari KPC Bogor, Mulyadi dari sungai kampar, Bob dan DWI dari Forest Watch Indonesia DAS Ciliwung dengan program Daerah tangkapan airnya, sudirman Asun Ciliwung Institute, Tedja Kusuma Komunitas Ciliwung Puncak, Dr. Ir  Ernan Rustiadi selaku narasumber yang mempersentasikan terkait permasalahan puncak dari P4W IPB serta Dekan Fakultas Pertanian IPB, Putri Cantika (utie) dari Comdev P4W Arif Rahman Comdev P4W IPB. Amin Sudrajat dari Recikal tani Lesrai, Andri dari Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane, Hari Yanto (kikuk) dari Ciiwung Cisadane serta Faperta Hijau IPB dan Ardi dari P4W IPB. sedangkan yang dari mancanegara ada dari ada Crista noe dari Both end  Belandan dan kawan-kawan dari benin dan kenya. 

Pembahasan terkait hulu Ciliwung ini sangat seru karna dinilai ada kesamaan dengan apa yang mereka para peserta dari luar negeri lakukan, cuman ada perbedaan dimana kekompakan para komunitas yang ada di Indonsia lebih solid dimata para tamu dari luar Negri itu.

Pembahasan hulu Ciliwung ini merupakan serangkaian yang di inisisi oleh para anggota Konsorsium penyelamatan Puncak dimana puncak sendiri berada di Gunung gede Pangranggo yang juga merupakan hulunya sungai Cisadane, Citarum dan Cimandiri. kalau dari Segi daerah aliran sungai Gunung gede Pangranggo merupakan salah satu gunung yang berada di propinsi Jawa Barat, yang meliputi kabupaten Bogor, sukabumi dan Cianjur. dengan linkup jelajah aliran sungai-sungainya meliputi: Sungai Ciliwung Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota DEpok  dan Propinsi DKI Jakarta.  Cisadane Kab. Bogor, Kota Bogor, Tangerang dan propinsi Banten. Citarum Kab. Bogor, kota Bandung, karawang dan bekasi. Cimandiri Kab. Bogor, kota sukabumi dan kab. sukabumi.

Dalam kunjungan dari berbagai daerah ini selain ingin tau lewat persentasi yang di sampaikan oleh konsorsium juga ingin melakukan studi banding serta mengunjungi beberapa komunitas ciliwung di kab. Bogor, kota Bogor dan kota Depok. salah satu kunjungannya yaitu di komunitas ciliwung puncak, rungkun Awi, mesin pencacaah Komunitas Peduli Ciliwung kota Bogor dan komunitas Ciliwung Depok.
Yang akan dilakukan pada tanggal 29 Nov 2014 ke esokan harinya sembari mengikuti kegiatan memulung sampah di Ciliwung kota Bogor. Namun Sayang bagi komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane dan Recikal tani lestari karna hari sabtu suda ada janji dengan keluarga sehingga tidak bisa mengikuti kunjungan bersama para pengiat sungai Indonesia dan mancanegara. namun pada kunjungan lapangan ini juga di datangi oleh Rita mustika sari (itok) dari Imah Cai serta juga merupakan pengiat sungai dari Telapak, KPC Bogor Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane,  Das Lamasi, Way seputih, kampar, Brantas yang selama ini Rita Mustika sari lakukan dengan menyuarakan sungai-sungai Indonesia.

Upaya dalam pertemuan ini merupakan untuk menyelamatkan sungai-sungai di Indonesia dan berbagi pengalaman dengan Negara lain untuk saling mengetahui kondisi serta apa yang dilakukan oleh negara lain dalam hal penyelamatan sungai.
Ini yang kami lakukan ngimana dengan Anda, apa yang harus dilakakukan untuk keasrian sungai-sungai kita? 

   

Kamis, 27 November 2014

Mimpi komunitas cisadane dalam cerita perjalanan berkomunitas.

Komunitas wilayah Ciliwung Cisadane beraksi dengan cara yang berbeada demi upaya menyelamatkan sungai Cisadane dari prilaku tangan -tangan jail yang mengancam keindanan serta kejernihan sungai Ciliwung dan Cisadane. komunitas ini bertekad serta mau menjadi Satgas tampa di bayar di daerah aliran sungai Cisadane. Pembetukan Satgas pengeloaan faperta IPB hijau di pelopori oleh Dr Ernan Rustiadi yang juga sebagai Dekan Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor. tawaran ini berawal dari keprihatinan Saya Hari kikuk yang hampir tujuh tahun berkegiatan secara voluntary di Sungai Ciliwung, yang tiap pekannya melakkukan aksi memulung sampah di sungai ciliwung . setelah hampir tujuh tahun ini saya karna tidak lagi tinggal di DAS Ciliwung dan pindah di kabupaten Bogor bagian barat di bawah gunung Halimun Salak akhirnya memilih Risen dari tempat kerja saya dengan alasan karna prihatin juga terhadap kondisi sungai Cisadane dimana pertama kali saya melihat anak sungai Cisadane, Cikaniki pada tahun 2008 masih jernih dan ikan banyak, sampai-sampai ikannya kelihatan karna jernihnya sungai Cikaniki. bermodalkan ilmu serta pengalaman selama mendirikan sebuah komunitas Peduli ciliwung kota Bogor dan serta satu-satunya sungai yang memiliki komunitas peduli terhadap sungai di Indonesia yang ada komunitasnya dari hulu hingga hilir. saya mendirikan komunitas peduli ciliwung bersama Almarhum Hapsoro dimana di latar belakagi dar hoby yang sama yang suka memancing ikan di sungi bukan di kolam pemancingan. kami suka memacing di alam bebas, namun ketika memancing di ciliwung kami belum pernah dapat ikan, yang selalu kami dapat adalah sampah plastik akhirnya setelah melalui obrolan di saat memancing hingga kami bertekad mengajak kawan-kawan terdekat kami mendirikan sebuah komunitas OTB atau dengan kepanjangnya komunitas organisasi tampa bentuk namu kegiatan rutin ada dan voluntary. sama persis walau kini kawan saya salah satu pendiri KPC telah tiada, saya tetap bertekad menularkan apa yang telah saya lakukan selama bergelut di komunitas peduli ciliwung Mbogor (KPC) saya bertekad dimanapun saya tinggal akan tetap berbuat sesuatu semampu saya dengan menularkan semangat mimpi Tjiliwoeng. karna saya sekarang tinggal di DAS Cisadane yaa saya pengen berbuat sesuatu untuk menanggulagi sampah maupun pencemaran yang mengacam sungai-sungai dekat ku tinggal tentunya dengan alaasan bahwasan air merupakan sumber kehidup untuk makluk hidup. nah oleh sebab itu saya mendirikan lagi sebuah komunitas tampa meninggalkan tjiliwoeng yang telah saya generasikan pada pengurus yang baru dengan semangat pengen membangun komunitas wilayah ciliwung cisadane(KWCC) dan Cisadane institute. Berawal dari sinilah akhirnya saya memilih jalan hidup menjadi pengelolah sampah dan berani meninggalkan kerjaan sayaa yang dulu nya saya menjadi office boy hingga sampai akhirnya sebelum risen dari tempat saya berkerja menjadi staff daerah tangkapan air di sebuah lembaga di kota Bogor. kini semua itu saya tinggalkan tentunya bukan meninggalkan sepenuhnya karna pada intinya saya saat ini tetap mengeluti seperti halnya apa yang saya kerjakan di tempat saya kerja dulu yang dari nol dari OB menjadi Staff Daerah tangkapan Air.
kini saatnya mungkin saya harus memilih hidup dari nol lagi, berbuat sesuatu di dekatku tinggal, yang membedakan antara yang dulu yang sekarang adalah kalau di tempat saya kerja saya mendapat gaji bulanan sedangkan yang sekarang saya harus membuktikan dari apa yang telah saya jalani menjadi pengelolah sampah/pemulung barang bekas , pengen membuktikan bahwasan apa yang saya kelolah/ppulung menjadi nilai ekonomi bagi saya dan anak istri saya.
tentunya bukan hanya saya, nantinya juga buat orang-orang yang mau serta perduli terhadap lingkungan bahwasannya dengan memilah dan memisahkan sampah ada nilai nominalnya. sejak risen dari tepat kerja saya akhirnya gayung pun bersambut seperti halnya yang saya tuliskan di atas bahwasaannya ada seorang kawan saya dan beliau Dekan di fakultas ternama di negri ini mengajak mengelolah sampahnya di tempat beraktivitas, dengan menerima tawaran sebagai Satgas pegelolah Sampah Faperta hijau secara Voluntary bersama komunitas yang baru berumur satu satu tahunlebih yang saya dirikan yaitu komunitas wilayah ciliwung cisadane dan cisadne institute serta remaja ciketug lebak tani lestari (recikal tani lestari). bagi para pembaca bisa mengunjungi kami di media sosial facebook recikal tani lestari dan cisadane institute maupun di medsosnya faperta hijau IPB.
kemvbali lagi berbuat namu untuk yang cisadane memang berbeda dengan yang ciliwung dimana yang ciliwung itu kami lakukan setiah akhir pekan dan yang cisadane setiap akhir demi kelestarian para petani pingiran hutan yang masih membutuhkan air serta pencegah terhadap permasalahan yang mengacam sungai Cisadane dari ancaman sampah yang masuk ke sungai dengan solusi memilah dan mengelolah sampah menjadi nilai tembahan ekonomi. tentunya perjalanan komunitas wilayah ciliwung cisadane tidak semulus seperti tulisan ini, kami hanaa bermodalkan dengkul dari nol, serta sulitnya mendapatkan dana untuk mengembangkan menjadi lebih besar, namun bukan berarti selama kamitetap beriktiar dan kontiniw, kami yakin komunitas ini akan besar dan menjadi inspirasi bagi orag-orang terdekat kami. tentunya kalangan masyarakat luas nantinya, pastinya kami ingin meraih itu jika memang kami memiliki modal dan menjadikan usaha pengelolan sampah yang arif terhadap lingkungn khususnya bagi sumber kehidupan mahluk hidup.

Rabu, 08 Oktober 2014

Ini Aksi Ku Mana Aksi Mu (neraka dan surga juga ada)

Pada tanggal 7/10/2014 handphoneku berdering dengan nada dering lagu kesukaan ku "bukatitik jos gandhos". Siang itu ternyata yang sedang menelpon ku adalah Pak Dekan universitas ternama di negeri ini.

Assalam mualaikum sapanya dalam handphone ku jawab wa alaikum salam. Hari sapa nya setelah uluk salam, kamu bisa datang hari rabu besok? Insya Allah bisa pak, oke kalau kamu bisa datang nanti kamu kontak sekertarisku yaa. Oh siap pak....

Hari rabu pagi kami menggadakan acara festival LABU Nusantara, sesuai obrolan kita dan apa yang kamu pilih sebagai jalan hidupmu, kamu bisa memulainya di acara ini dalam hal pengelolaan sampah. Dimana pada acara ini nantinya saya mempunyai konsen terhadap permasalahan sampah paska acara festival selesai.

Saya juga berharap Hari dan kawan Hari bisa mengawasi dari hal penerapan memilah sampah dan memisahkannya menjadi tiga jenis yaitu sampah plastic, kertas dan sampah organik sisa makanan dari para undangan yang hadir pada acara tersebut. Kamu dan kawanmu tolong pastikan dan mengnigatkan pada para orang-orang yang hadir dalam festival ini untuk memisahkan sampahnya ke dalam tiga jenis sampah yang sudah di siapkan tempatnya, tutur pak Dekan padaku. Siap pak... Nanti aku akan sosialisasikan dan akan saya bantu ingatkan para undangan yang hadir untuk membuang sampahnya pada tempatnya dan bedasarkan jenisnya. Ok kalau begitu sampai ketemu hari rabu yaa Hari, siap laksanakan. Tutup obrolan via telpon dengan pak Dekan.

Maksud dari permintaan dari pak Dekan tadi sebenarnya sudah saya tangkap. Tujuan membuang sampah pada tempatnya itu sebenarnya untuk apa? Tujuannya adalah supaya orang-orang yang datang pada acara festival tersebut bisa memulai memisahkan sampahnya dari diri masing-masing serta sudah memulai prilaku buang sampah tidak sembarangan. Namun seperti kebayakan orang kita? Ternyata walau sudah di siapkan tempat sampahnya serta di setiap MC dan pembawa acara mengumumkan untuk membuang sampah pada tempatnya ternyata masih ada juga orang yang masih tidak membuang sampahnya pada tempat yang telah di sediakan.

Namun memang saya akui merubah prilaku itu tidak semudah membalikan tangan? Alasannya kenapa? Aku juga gak tau. Mungkin mereka malas beranjak dari tempat duduknya? Atau malah mereka tidak mengerti tentang sampahnya di buang kemana? Apa malah mereka juga pengen menggujiku dan kawanku, supaya menegor mereka? Aku gak mudeng (ngerti) itu semua. Yang jelas aku selalu berada tak jauh di dekat tempat sampah yang telah di sediakan oleh para panitia Festival?

Tapi kenapa mereka juga tidak bergerak menghampiri tempat sampah yaa. Oh aku tau mungkin memang sampah itu menjadi sesuatu yang memalukan. Atau malah memang sampah itu menjijikan. Ah masak iya.... Kalau memang menjijkana kenapa mereka tidak membawa wadah atau tempat dari rumahnya? Padahal pak Dekan yang jelas-jelas orang yg top markotob aja bisa memisahkan sampahnya sendiri tampa malu. Kok masak iya orang yang hanya hadir sebagai tamu undangan masih ada yang belum menyadari kalau sampah itu harusnya di pilah oleh orang itu sendiri, padahal itu sampah yang di hasilkan dari orang tersebut. Lah aku yang memilih jalan hidup menggolah sampah yang penuh arti bagi saya hanya bisa ngeleng-ngeleng kepala melihat itu semua. Oh aku tau mungkin orang-orang itu belum tau tentang hal itu (memilah sampah dan membuang pada tempatnya) ah gak mungkin lah mereka gak tau. Kan setiap acara rehat selalu di umumkan agar membuang sampahnya pada tempatnya.

Atau mungkin orang-orang itu pura-pura ngak enggeh kali yaa? Oh bisa jadi atau malahan mereka itu golongan (......) Silakan di simpulkan sendiri yaa. Masak sih mereka gak tau itu? Gak mungkin-ngak mungkin..... Anak-anak aja yang ikutan hadir mereka malah tau dimana tempat sampah plastic. Dimana tempat sampah kertas dan dimana tempat bekas bekas sisa makanan organik. Walah..walah masak iya orang-orang itu gak tau itu pasti hanya sebuah alasan. Tapi kalau semua orang berprilaku seperti itu apa jadinya dunia ini? apa jadinya sungai-sungai yang ada di dekatnya? apa jadinya lingkungan Sekitarnya? Wah aku hanya bisa kawatir doang.....

Tapi untungnya kawanku dan aku masih sadar (segelintir orang) kalau aku juga acuh tak acuh dengan kondisi itu, aku gak bisa banyangkan jika ada sepuluh yang bikin acara yang serupa berapa banyak sampah yang di hasilkan? Untungnya Pak Dekan dengan sigap sebelum bikin acara besar juga ikut memikirkan sampahnya harusnya di kemanakan?

Terimakasih Pak Dekan telah mengajak orang gila ini untuk memikirkan solusi sampah di acara itu. Hasil dari sampah yang di hasilkan dari acara festival tersebut setiap kantongnya seberat 3kg untuk sampah plastik. 3 kg sampah kertas dan kurang lebih setegah plastik sampah dras back sampah organiknya seberat 5,5 kg. Tapi walau pun berat sampah organiknya ternyata di sekitar tempat acara ada lobang-lobang biopori.... Yaaa akhirnya dengan berat sampah organik seberat 11kg bisa di masukan ke 5 lobang biopori.

 Aku gak kebayang seandainya paska acara sampahnya gak di angkut dan tiba-tiba hujan turun lari kemana yaa kira-kira sampah itu? Dan akan menjadi apa kalau hanya di diamkan tampa di olah? Waduh aku gak tau, mungkin bisa bikin di sekitar kita bau, selokan mampet, sampah berserakan di jalan-jalan. Atau malahan kemana yaa? Saya tak habis pikir kok masih ada yaa orang yang belum perduli dan memilah sampahnya? Lah pastinya namanya juga hidup pastinya butuh kesimbangan, kalau semuannya melakukan tentunya jadi apa yaa?

Nah tapi kalau semuanya cuek juga terjadi apa yaa? Kalau semuanya melakukan pemilahan pastinya masuk surga semua? Lantas siapa penghuni neraka nantinya? Yaa aku sebagai manusia yaa hanya bisanya cuman menggigatkan saja surga dimana dan neraka dimana? Apa yang kita perbuat sebenarnya sudah menjadi gambaran surga dan neraka itu.

Kalau mau masuk surga yaa tinggal tentukan apa yang harus dilakukan? Kalau ingin melihat surga yaa tinggal kamu lihat sungai-sungai sekitarmu tinggal. Bukankah sungai juga ada di surga?

Pertanyaanya sungai seperti apa yang di maksud. Tentunya yaa yang bagus baguus dan kalau melihat neraka yaa yang di gambarkan dengan yang jelek-jelek dan yang rusak-rusak. Sekarang tinggal pilih aja sampah adanya dimana? Tempat sampah ada dimana? Siapa yang nyampah? Mau di apakan sampahnya? Silakan di jawab bertdasarkan perspektif masing-masing. Tinggal tanya pada diri kita sendiri sampahku tanggung jawab siapa? Sampahmu tanggung jawab siapa? Dan siapa seharusnya yang bertangung jawab itu semua.

Sila dijawab, makasih.

Senin, 06 Oktober 2014

Demi Cinta Jadi "gila", Demi Sungai Berbuat Sesuatu

Walah walah walah mimpi lagi mimpi lagi, kapan yaa aku bagun dari mimpi? Ujung-ujungnya karna banyaknya sampah yg di buang ke sungai, aku memilih jadi pemulung. Barangkali setelah jadi pemulung aku jadi bosnya pemulung he he he.

Bikin lapak aja kelabakan kok malah mau jadi bos pemulung, mikirin makan aja kelabakan kok malah sok jago, mikirin kebutuhan rumah aja bingung kok malah sok sok an.

Aku bigung harus berbuat apa? Bermimpi terus, kapan bangunnya? Berbuat sesuatu hanya di anggap orang gila? Kapan yaa sungai-sungai di dekatku tinggal seperti itu? Apa perlu ada revolusi? Apa perlu ada gerakan? Apa perlu ada peraturan khusus?

Ah semua itu sebenarnya sudah ada namun, implementasinya hanya seremoni belaka. Tak perlu repot, tak perlu bingung, tak perlu tunggu berfikir panjang? Yang perlu hanya, mari kita singsingkan legan baju kita, bagun dari mimpi, berbuat sekecil burung pipit yang terpenting konsisten.

Sudah bosan hidup karna bermimpi, sudah bosan hidup berteori, sudah bosan hanya melihat perbandingan, bahkan sudah jenuh melihat dan melihat, ingin aksi tapi seperti orang gila. Sudah jenuh saling menyalahkan kini saatnya Revolusi Mental. Berubah bagi yang mau, dirubah bagi yang gak mau, dipaksa bukan jamannya lagi, diperintah sudah tak percaya sama yang memerintah.

Kini tinggal hati yang bicara seperti kata cinta? Jika kita cinta tanpa disuruh pun akan bertindak, jika kita cinta hati akan berkata, jika cinta bicara selesailah semua masalah. Berbuat sesuatu dengan cinta pastinya cukup menyenangkan, berbuat dengan cinta tak perduli walau mabuk kepayang, bergerak dengan cinta tentunya tak perduli walau di anggap gila.

Gila bukan arti sebenarnya dari kata gila? Namun gila akan berbuat sesuatu yang indah maupun yang di anggap tidak indah supaya menjadi indah. Cintailah terlebih dahulu niscaya akan ada getaran untuk bergerak, lihatlah terlebih dahulu niscaya akan tahu apa yang terjadi di sekitarnya, berteriaklah sekeras sampai habis suaramu jika tampa cinta dan mencintai sekitarmu, ah itu semua percuma.

Tidak ada yang percuma di dunia ini kalau mau merubahnya, berubahlah dari diri sendiri baru mengajak orang, berteriak dari diri baru di dengar yang lain. Seperti halnya air yang menggalir dari gunung yang katanya banyak asamnya, mengalir ke laut yang banyak garamnya. Asam garam adalah sebuah kiasan untuk orang-orang yang memiliki pengalaman, tinggal mempraktekannya saja.

Padahal walau air sungai datang dari hulunya, dimana gunung-gunung terlihat tinggi jika dilihat dari laut, sebaliknya laut terlihat lebih luas jika dilihat dari gunung. Bukan sebaliknya "kita" terus bermimpi, dimana air sungai sesungguhnya di setiap alirannya pastinya ada hambatan.

Apa itu? Itu semua sama halnya dengan pikiran kita, pandangan kita, cara kita menyikapi. Semua itu tinggal dijalankan supaya bermuara pada akhirnya dimana tempat luas dan nyaman nantinya, namun semua itu butuh perjuangan kawan? Kadang harta harus di perjuangkan, kadang pikiran, kadang tenaga, bahkan kadang nyawa sebagai taruhanya.

Berbuatlah sekecil yang kamu bisa niscaya perbuatanmu itu bisa mengispirasi, kawan, keluargan, kerabat dan suadara-saudara-i lainya. Bagunlah dari mimpi, dari sekarang, bagun, bagun dan bagunlah negrimu dari tanganmu. Niscaya negrimu jadi indah seindah apa yang kita baca saat ini. Wasalam.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Jangan Hanya Mengharap.com

Kapan yaa, sungaiku bersih lagi. Kapan yaa, sungaiku bebas sampah. Kapan yaa, istriku bisa mensortir sampah, biar aku bisa melanglang buana lagi, keliling sungai Indonesia. Kapan yaa, lingkunganku bisa sarling (sadar lingkungan). Kapan yaa, mimpiku bisa terwujud, akan sungai yang berair bening, ditumbuhi rerimbunan pohon, serta bebas dari sampah.

Ah itu hanya mimpi, jangan mengharaplah. Terkecuali banyak orang yang sadar akan lingkungannya, banyak orang yang perduli, banyak orang yang mau melakukan untuk sungainya, banyak orang yang mau memanfaatkan sungai lagi sebagai tempat mandi dan cuci serta banyak yang menjaga sungainya sendiri.

Emang sungai ada yang punya? Oh yaa aku lupa kan sungai itu milik public yang punya banyak orang dan yang harusnya merawat itu public atau orang banyak. Tapi kenapa kalau sungai itu milik public ada yang namanya privatisasi sungai? Penguasaan sepadan sungai?

Dan mengapa masih banyak orang-orang yang membuang sampah dan limbah ke sungai? Katanya tanah dan air juga di kuasai oleh Negara untuk kemakmuran Rakyat? Dan katanya juga ada balai yang mengurusi sungai, kenapa sungai masih ada yang tak terurus?

Misalnya sungai di jadikan tempat pembuangan limbah, sungai di jadikan tempat sampah? Apa benar sungai sekarang di jadikan tempat sampah? Kalau memang benar nanti pelangan Bank sampahku tak suruh nungguin sungai aja biar dapat sampah banyak dan di timbang ke Bank sampahku.

Mengharap.com adalah sebuah harapan akan mimpi kecil di sebuah kampung di bawah Gunung Halimun Salak (Kp. Ciketug Lebak, Desa Pangkal Jaya, Kec. Nanggung, Kab. Bogor). Untuk mewujudkan mimpinya membuat satu kampung percontohan, yang bersih dari sampah, tidak kekurangan air, sungainya bening lagi dan tanaman hutan serta petaninya lestari.

Mengharap.com ini yang di harapkan oleh anak manusia ini, yang berani mengambil langkah membuat Bank sampah hanya bermodalkan dengkul serta berani meninggalkan tempat kerjanya. Demi bisa membelajari istrinya untuk memelihara lingkungannya serta mengajari memilah sampah supaya sampahnya bisa disulap jadi pendapatan.

Disamping itu juga supaya bisa mengajak warga lainya di kampungnya tinggal untuk lebih perduli akan lingkungan sekitarnya. Mengharap.com adalah sebuah tulisan yang diharapkan menjadi kenyataan. Namun bukan hanya si penulis, hanya bisanya cuman mengharap.com tapi juga bisa melakukan aksi nyata serta turun langsung berbagi ilmu yang mana si penulis dapat selama melanglang buana.

Si penulis riwayat kecilnya adalah seorang pemulung, karna pemulung dilarang masuk dimana-mana akhirnya si pemulung memilih mengganti profesi sebagai pengelolah sampah. Siapa lagi yang memiliki harapan yang sama?

Ayoo bergabung dan lebih melakukan aksi nyata ketimbang hanya bisanya berharap.com, atau mengharap.com. Tunggu harapan-harapan lainya dari orang-orang selain penulis ini.

Saran jangan hanya mengharap.com, lakukan yang bisa dilakukan selama masih bisa melakukan dan jangan menunda-nunda, sebelum waktu itu menjemputmu serta meninggalkanmu. Selamat melakukan ketimbang mengharap.com, selamat mencomba ketimbang mengharap.com, selamat dan selamat membaca Mengharap.com.

Terimakasih telah mau membaca harapan dan mimpi-mimpi Mengharap.com

Rabu, 01 Oktober 2014

Sortir Jenis Plastik dengan Jari Manis

Alhamdulillah, akhirnya setelah lama berkelana aku memilah lagi. Memilah sampah bedasarkan jenisnya. Kalau sudah banyak jenis sampah yang sudah disortir, nantinya akan di proses di mesin giling untuk di cacah.

Aneka sampah plastik yg siap disortir.
Selanjutnya setelah di cacah akan di proses lagi oleh mesin biji plastik. Nah setelah jadi biji plastik inilah, plastik itu akan di cetak menjadi barang-barang kebutuhan rumah-tangga yang terbuat dari plastik.

Bahan plastik biasanya dikategorikan berdasarkan kandungan jenis dasarnya. Misalnya PP, PE, PPC, HD, HDPE, OPP, HDPP, PET dll. Nah.... Kalau sudah tau jenisnya akan di apakan plastik-plastik itu?

Yaa tentunya di buat plastik lagi, Plastik seperti apa yang di pesan oleh konsumen barang platik itu. Biasanya yang pesan kebanyakan barang dari jenis PP (polypropilen) wah aku lupa menulis nama latinya he he he.

Tolong di koreksi yaa bagi yang tau bahasa latinya, maklum aku belum pernah ke negara latin jadi yaa wajar kalau aku menulisnya pakai bahasa Indonesia, alasanya karna memang aku asli pool Indonesia alias Indonesia buanget. Wah kan, ngelantur lagi.

Tadi cerita tentang plastik kok malah cerita tentang Indonesia.... Apa takut gak di akui? weleh-weleh kalau ada yang menpertanyakan tentang itu tunjukan saja KTPnyaa, Indonesia asli atau Indonesia abal-abal he he he bercanda loh, memang aku ini dari sononya keturunan orang Indonesia yaitu Indonesia Hebat bat bat bat....

Loh ngelantur lagi kan cerita jenis plastiknya mana? Oh yaa jadi lupa lagi. Tadi sampai mana yaa.. Ceritanya? Oh jenis plastic polly propilen (PP), dan HD yaa?

Yang banyak di pesan memang dari jenis PP, karna jenis PP dan HD yang agak laku di pasaran, Oh begitu toh? Iyalah masak iya iya dong.

Lantas apa hubungannya sampah yang sudah dipilah dengan jenis-jenis sampah yang di sebutkan tadi? Yaa jelas ada hubunganya lah. La wong jelas sama-sama plastik, cuman jenisnya tadi, ibarat orang yang membedakan adalah namaya, nah kalau di plastik yg membedakan adalah nama dan jenisnya, mudeng toh (ngerti kan)?

Nah kalau sudah ngerti mungkin itu dulu cerita pagi menjelang siang ini, Selamat membaca yaa, Mohon maaf jika ada salah kata dalam penulisan maupun yang merasa tersinggung, Karna niat hati bukan untuk menyinggung, melaikan menuliskan apa yang saya tau, dan tentunya menulisnya pakai jari yang lahir dari hati.....

Selamat membaca.

Cerita Masa Kecil Inar

Kampung Pasir Parengpeng, Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, itu lah tanah kelahiran ku sejak kecil. Aku sekolah di SDN PANGKAL JAYA.

Belajar membuat alamat email agar bisa menulis artikel di blog Cisadane.


Pulang sekolah aku nyari kayu bakar ya. Walaupun cape itu lah hidupku, kan ku jalani terus hidup ni. Akhirnya aku putus sekolah, padahal aku ingin banget di lanjutin sampe ke SMP. Tapi apa lah daya, ibuku ga setuju aku sekolah lagi.

Cerita Demo Sungai

Cerita demo ..... Minggu 27-09-2014

Berangkat 07.00. Dari kampungku ber-tiga yg berangkat ikut demo. Nyampe di setasiun Bogor, pas di dalam kereta rasanya aku ngantuk banget. Akhirnya nyampe juga di Pasar Minggu.

Eh kirain mau dijemput, ternyata jalan kaki. Aduuuh cape banget. Tapi pas datang ke beskem Condet, alhamdulilah disambut baik sama meraka.

Sampe kecapeaannya, aku langsung tidur di beskem Condet, supaya pres buat besok. Rencananya mau demo ke Blok M.

Ahirnya mau berangkat juga. Walaupun naik angkot tapi seru juga sih. Akhirnya nyampe juga ke Blok M. Di situlah aksi kami di lakukan......

Demo Sungai di Kantor BBWS Jakarta.

Akhirnya diijinkan juga masuk, tapi kalw aku ngga di ijinin masuk. Suruh nungguin di pinggir jalan sampe kepanasan............

Akhirnya satu persatu keluar sampe kumpul. Pas kumpul kami jalan cari makan........

Udah selesai kita makan, kita jalan lagi sambil poto2. Jalan lagi ke Mol Blok M. Akhirnya udah jalan2, kita nyetopin mobil untuk pulang ke Condet. Pas di Condet, tadinya mau pulang eh ternyata besoknya ada rapat. Ga jadi deh pulangnya.

Akhirnya nginep lagi. Malam telah berlalu, pagi pun menyambutku. Akhir satu persatu pada datang yang mau rapat. Akhirnya rapat dimulai.

Alhamdulilah di situ, aku jadi tau tentang komunitas. 

Harapan Saya untuk Cikaniki

Harapan saya untuk Sungai Cikaniki adalah aku pengen Cikaniki seperti dulu airnya bersih, gak ada limbah seperti sekarang. Aku pengen Cikaniki bersih lagi ga ada limbah...




Inar dan Kikuk di Imah Cai, 1 Oktober 2014.


Kan kalw bersih bisa dimanpaatin masarakat juga. Ga seperti sekarang, masarakat ga bisa memanpaatkan Cikaniki karna Cikaniki yg sekarang banyak limbahnya. Saat aku menjumpai Cikaniki, waduuuh aku cuma bisa geleng kepala. Ga seperti dulu airnya yang bersih sejuk dan ikannya pun banyak. Ga seperti sekarang, jangan kan ikannya yang bisa di manpaatin, airnya pun ga bisa di manpaatin  karna limbah.

Gila iye kali aing mni dangkal.

Gambar diambil dari facebook saya yg diunggah tanggal 26 September 2014.  https://www.facebook.com/photo.php?fbid=577227239073185&set=a.102896963172884.2307.100003577413122&type=1&theater


Selasa, 30 September 2014

Mengharap Keadilan Sungai, PU Didemo

Koalisi Sungai Jawa melakukan demo di kementrian pekerjaan umum hari senin tanggal 29 september 2014. Koalisi yang terdiri dari komunitas peduli sungai dan pemerhati lingkungkan ini bermaksud meminta keadilan dan membubarkan balai besar wilayah sungai, yang telah abai serta pura-pura tidak atas apa yang menimpa sungai-sungai di Jawa bahkan seluruh Indonesia.

Koalisi yang terdiri dari komunitas wilayah ciliwung Cisadane,Ciliwung institute, Brantas dan bengawan solo.

Dalam aksi demo kami menuntut pembubaran balai besar wilayah sungai brantas tutur Prigi Arisandi dan Sudirman Asun, aksi yang melibatkan puluhan orang ini di kawal oleh sekitar 25 aparat kepolisian Metro jakarta. Dalam aksi Demo ini, akhirnya koalisi sungai Jawa disambut dengan cara dialog, yang diwakili oleh lima perwakilan dari komunitas peduli sungai Cisadane, brantas, bengawan solo, dan Ciliwung.
Koalisi Sungai Jawa berdemo di Kementrian PU.


Aksi damai ini akhirnya di terima oleh Dirjen perijinan dan beberapa divisi lain di kementrian pekerjaan umum. Dalam dialog yang di temui oleh Dirjen perijinan, kami koalisi menyampaikan alasan kami serta memaparkan apa yang telah terjadi di sungai-sungai yang koalisi suarakan dalam demontrasi tadi.

Sebenarnya kami sebelum aksi sudah mengirimkan surat laporan atas temuan koalisi di sungai brantas dan kami juga menggugat PU atas apa yang telah dilakukan di sungai Ciliwung sepajang 19 km sungai Ciliwung akan di beton alih-alih dengan alasan Normalisasi sungai Ciliwung. Padahal secara ekologi bantaran sungai itu semestinya jangan di beton karna nantinya kalau sudah di beton di kanan kiri sungai akan berdampak Air arus sungai ciliwung akan semakin cepat dan semakin berbahaya bagi warga yang dekat dengan sungai Ciliwung. Karna jika musim penghujan datang banjir akan semakin cepat sampai jakarta. Di tambah Jakarta rawan banjir setiap tahunya.

Selain koalisi meminta pembubaran BBWS, koalisi juga mengancam akan menggugat Menteri PU, kalau memang laporan kami tidak di tindak lanjuti. Dalam dialog yang kami hadiri disepakati Dirjen perijinan juga berjanji akan akan terjun lapang tanggal 2 Oktober 2014, dalam kunjungan lapang nanti di harapkan dari pihak kementrian Pekerjaan umum bisa mengambil tindakan atas pelanggaran oleh PT. City nine dan PT. Graha mitra niaga investindo.

Selain tindak terhadap para pelanggar tersebut, tututan koalisi juga meminta, jika memang pemerintah pusat "kementrian pekerjaan umum tidak mampu mengelolah sungai, baiknya serahkan saja penggelolaan sungai itu pada daerah masing-masing. Andri dari komunitas wilayah ciliwung cisadane lantan berteriak menyampaikan orasinya, kami petani butuh air, air masih kami butuhkan sebagai sumber kehidupan untuk petani seperti kami.

Air adalah sumber kehidupan, jika air sungai ruksak maka hidup kami pun akan sengsara. Dimana seperti halnya slogan yang di tulisakan dalam papan triplek Cisadane Ruksak Hirup Balangsak, teriak Andri.

Sabtu, 27 September 2014

Dari Anak ke Cucu,"Nasib Anak Sungai Berdampak ke Sungai Cisadane"

Akankah sungai ini kering pada musim kemarau seperti yg sedang terjadi pada saat ini (September 2014)?

Sungai Ciketug merupakan salah satu sungai yang ada di desa Ciketug Lebak. Sungai ini membentang dari Kampung Ciketug Tonggoh hingga bermuara di Kampung Ciketug Lebak, dan terus mengalir masuk ke aliran Sungai Cikaniki.

Sungai Cikaniki sendiri merupakan salah satu anak sungai Cisadane yang berhulu di bawah kaki Gunung Botol, Pegunungan Halimun. Muara Sungai Cikaniki di Sungai Cianten, yang di jadikan PLTA Karacak di Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor. Lalu aliran Sungai Cikaniki dialirkan oleh Sungai Cianten menuju Sungai Cisadane.

Sungai Cisadane utama sendiri berhulu di bawah kaki Gunung Gede Pangranggo, di Desa Wates, Kampung Ciwaluh. Muaranya ke Teluk Jakarta. Aliran Cisadane melewati Kab. Bogor dan Kota Bogor, terus ke hilir hingga bermuara di Tangerang, Banten. Begitu panjangnya Cisadane, bahkan anak-anak sungainya pun seukuran seperti Sungai Ciliwung, yang juga berhulu di bawah kaki Gunung Gede Pangranggo. Begitulah alur-alur anak sungai ini Cisadane ini.

Nah mari kita lihat bersama kondisi anak ke anak dari sungai Cisadane ini. Bagaimana kalau anak sungai Cikaniki ini kering? Bagaimana nasib orang-orang serta makluh hidup yang mengantungkan nasibnya terhadap anak sungai ini?

Waduh kalau sampai anak Sungai Cikaniki ini kering, gawat, gawat, gawat .... Betapa terasa sulitnya mencari air bagi orang-orang Kampung Ciketug. Kondisi saat ini aja belum kering sepenuhnya, tapi sudah terasa susahnya mencari air. Akibat musim kemarau seperti saat ini, sumur-sumur warga Kampung Ciketug Lebak banyak yang kering kelontang. Warga pun hilir-mudik pagi sore mencari air ke sungai ini untuk kebutuhan MCK. Walah nasib, nasib, nasib, jadi orang gunung....

Seharusnya orang gunung tidak akan kekurangan air jika memang sungai dan mata air yang ada bisa di jaga dan di rawat. Namun apa boleh di kata, nasi sudah jadi bubur, musim kemarau telah datang, hutan kayu banyak yang di tebang, hutan gudul, tebing-tebing rawan longsor jika musim penghujan, maklum daerah gunung wajar kalau banyak tebing he he he.

Tapi memang air Sungai Ciketug bukan satu-satunya anak sungai yang dimanfaatkan oleh warga Desa Pangkal Jaya, dan warga Kampung Ciketug Tonggoh maupun Lebak. Selain air Sungai Ciketug juga ada Sungai Cisawer, anak Sungai Cikaniki juga. Kalau Cisawer lebih parah ketimbag Ciketug kondisinya selain airnya keruh karena sedimen pasir, juga banyak sampahnya.

Untung aduh untung masih ada Cilegok, cilegok merupakan mata air yang ada di tebingan bantaran Ciketuq kp. Ciketuq Lebak. Mata air ini tidak pernah kering walaupun kemarau berkepanjangan, karna apa? Di atas Cilegok banyak tumbuh pepohonan yang rindang serta masih banyaknya pohon bambu di atas mata air ini,

Suatu ketika dulu pada tahun 2000 air ini sempat menggecil, mengecilnya mata air ini di sebabkan salah satu rumpun bambu di atas tebingnya di tebang habis oleh yang punya bambu dan pohon-pohon di sekitarnya yang besar2 juga di tebang. Namun karna mengecil mata air ini di gali lagi oleh warga setempat, sehingga walau airnya kecil karna di gali lagi dan di bikin bak air ini masih bisa mencukupi kebutuhan warga sekitar.

Setelah kejadian itu dengan mengcilnya air ini warga akhirnya bermusawarah dengan pemilik lahan dan berkomitmet menjaga pohon keras dan rumpun bambu yang tersisa supaya kejadia yang pernah menimpah mengecilnya mata air cilegok tidak terjadi lagi. Mudahan atas ke jadian yang telah menimpa Cilegok tidak terulang lagi, dan serta terciptanya masyarakat yang perduli lingkungan dan menjaga pohon2 keras maupun rumpun bambu ini tetap terjaga .

Karna manfaat air cilegok tentunya akan kembali di rasakan serta tetap terjaga jika saja manusia maupun warganya menjaga alam sekitarnya, menjaga pohonya, menjaga kebersihan. Serta menjaga air ini tetap ada demi anak cucu kita di kemuadian hari, supaya jika kemarau datang air ini masih bisa di nikmati seperti halnya kita yang menikmati sekarang.

Mudah-mudahan Ciketuq tetap mengalirkan air walau pun airnya kecil, karna apa? Kalau sampai gak mengalirkan air berarti mata airnya tidak ada lagi, ci legok pun sudah mati, dampaknya pun pasti petani di kampung ciketug akan kesusahan mencarti air, orang-orang pun pastinya akan kesulitan mencari air lagi karna memang yang bisa beryahan walau kemarau panjang adalah mata air Cilegok yang menggalir ke Ciketuq serta memberi manfaat untuk warga kampung Ciketuq.

Oleh sebab itu ayoo kita galakan penanaman pohon bersama-sama dengan Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC), Cisadane Institute dan Recikal Tani Lestari (Remaja Ciketug Lebak Tani Lestari).

By: Hari Kikuk

Bikin Lapak penampungan sampah, di dekatku tinggal biar sampahnya tidak di buang ke sungai.

Tiang udah duluan jadi, pagar menyusul, atap lagi di cari, isinya pun demikian sembari mencari nafkah. Pasar dan pelangan sedang di susuri inggat waktu susur Tjiliwoeng 2011 hingga awal 2012 jalan kaki bersama sang guru pemulung. Yg sabar yaa Insya Allah pasti dapat yang di cari , jangan lupa nyuwon mareng Gusti (meminta pada Tuhan) jalan masih panjang, pintu masih ada yang buka, harapan fokus ke depan, modal dengkul kalau sembari ihtiar lan ora ngersulo (berihtiar dan jangan ngeluh) entar juga mendapatkan hasilnya. Yang penting semagat pantang menyerah, tentunya selalu nyuwon sehat lahir bathin mareng gusti(tentunya minta kesehatan lahir batin pada tuhan) yen sehat opo wae iso di raih (kalau sehat apapun bisa di gapai) nyuwon bintang nganggo mimpi, nyuwon bulan karo merem (minta bintang dengan bermimpi, minta bulan sembari menutup mata) arti ne: sing penting ojo njaluk sing nduwor-nduwor ben ora tiboo(jangan minta yang tinggi biar ngak jatuh, mengko loro (nanti sakit), ojo ngarep sing orah mungkin ben ora di songko ngelidur(jangan mengharap yang tidak mungkin biar gak di sangka ngigau), yen njaluk yoo.... Sing mungkin wae(kalau minta itu yaa... Yang masuk akal aja), mung, yen pengen opo wae. Di awali soko Mimpi sing nduwor koyok sing ono langit neng nduwor kono.( Yang pengen mengapai apa saja. Di awali dari mimpi yang tinggi seperti yang ada di langit atas sana). Mung yen ngejalani yoo mestine kudu soko ngisor ndisek too... Yen langsung nduwor mengko yen tibo ndalalah kaget terus...???? Pastine iso di simpulke toh yen wis kaget mestine koyo ngopo. He he he (ya tentunya menjalankannya sebelum menuju ke atas yaa dari bawah dulu toh.... Nanti kalau jatuh ndalalah kaget terus..... Mak heemmm ???? Tentunya kalau terkejut jadinya bisa di simpulkan bisa kenapa kan, serta bisa terjadi apa apa kan. Walah ribet amat yaa padahal yang gampang jangan di bikin ribet, yang ribet harusnya jangan njelimet biar orang lain dan kawan2ku bisa tahu sesungguhnya aku ini mau menyampaikan apa sich dan sebenarnya yang di harapkan olehku itu apa? To the point aja basa jawanya. Biar enak setelah tiang dan atap serta pagar itu terisi yaa aku harus jujur sebenarnya apa sich tujuannya aku membuat tiang dan pagar-pagar seperti kandang ayam ini? Langsung aja di sampaikan biar gak panjang dan lebar, karna kalau kepanjangan orang lain juga susah mbacanya dan kalau kelebaran, malahan jadi mboseni (membosankan) langsung wae laaah aku arep cerito yen aku ngawe tiang lan pager iku kanggo(langsung aja aku ceritakan kalau aku bikin tiang dan pagar itu nantinya buat) serta nantinya juga akan di pasangi atap supaya barangnya tidak kehujanan dan kebasahan.yaitu buat tempat penampungan sampah dan pengolahan sampah yang sederhana, tentunya juga tidak menutup kemungkinan bagi siapapun yang mau bantu spanduk dan apapun berupa barang bekas insya Allah saya terima, kalau Uang yaaa...... Siapa yang gak ijo melihat uang toh yang di cari setiap hari adalah uang he he he maaf yaaa bukan niatan menghina saudara-saudara sekalian, toh aku juga bikin ini itu tujuannya juga untuk mendapatkan uang yang halal. Tapi dalam pikiran saya pribadi hidup juga bukan hanya untuk uang tapi kesetaraan antara keuangan dan ke lingkungan. Prihatin..... Mungkin, sengsara tergantung yang memadang, barokah tergantung yang menerima, iklas tergantung yang memberi.... Yaaa itu semua juga orang tau, seperti dalam laut orang pasti ada yang pernah sampai, namun dalam dan isinya hati yaa siapa yang tahu? Maaf tulisan ini ngelatur bagi yang baca, namun ini merupakan buah pikiran bagi yang nulis, waah yang nulis berarti orang gila, lah antara tulisan dan isi hati kok ndak bisa mbedakan. Wis aah malahan kalau kepajangan mbosen bacanya butuh guru untuk ngedit dan belajar nulis nih he he e. Semoga tidak mbosen yaa makasih.

Jumat, 19 September 2014

belajar nulis bloog

pengalaman baru baru pertama nulis rasa na bingnung. tapi alhamdulilah d ajari ama kawan kawan. dan rasa nya seneng.

harapan saya menulis agar bisa membantu desa saya maju dan berkembang.


nama saya deri andrian. saya tinggal di ds pangkal jaya kp ciketug, kb bogor.

Desa Pangkal Jaya Mulai Menanam

Remaja Kampung Ciketug Lebak mulai menanam tanaman keras. Yaitu Jeunjing, kenari, mahoni, duren. Bibit didapat dari BPDAS yg disimpan di Kantor FWI, Bogor.

Menanam demi menjaga kehidupan. Yang nantinya bisa menghidupkan air, air bisa mengairi sawah menghidupi petani, petani menghidupi generasi penerus bangsa. Benar gak yaa oh yaa dengan menanam biar hutanya terjaga dan menghasilkan uidara segar di tambah lagi bisa menghidupi si penanamnya, salah atau benar gak yaa. Hayoo jawab.

Photo Bareng Kuda di Jogja

Deri jalan-jalan ke Keraton Jogja. Melihat Istana Jogjakarta dan Alun-Alun Kidul. Juga jalan-jalan ke Malioboro. Indahnya kota Jogja. Juga lebih bersih dibandingkan tempatku tinggal. Kapan yah tempatku di Desa Pangkal Jaya, Kabupaten Bogor bersih seperti Jogja.

Jalan-jalan ke Jogja

Hari punya kesempatan jalan-jalan ke Jogjakarta. Ini photo di Museum Heritage.