Minggu, 30 November 2014

Kampaye Sungai Ciliwung Cisadane di tataraan Campus IPB

Pada tanggal 30 November 2014, Satgas Pengelolaan Sampah Faperta Hijau IPB, berkampanye dan mengenalkan jati dirinya dalam upayanya menggapai mimpi Sungai Tjisadane bersih. Kami berharap mimpi ini juga dilihat di mata mahasiswa/i IPB. Kampanye dilakukan di Gedung Toyib, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan di pelataran Koridor Pinus.

Pada acara yang di inisiasi oleh  BEM  Faperta dan mahasiswa/i Agriphoria IPB, kami Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) juga berkesmpatan mengenalkan jati dirinya melalui kampaye. Kegiatan KWCC ini di persentasikan oleh Dr. Ir. Ernan Rustiadi selaku Dekan Fakultas Pertanian IPB di Gedung Toyib dan Hari Yanto (Hari Kikuk) di pelataran Koridor Pinus.

Hari Kikuk (baju biru) bersama pengunjung kampanye KWCC di Koridor Pinus, IPB.

Sebenarnya Acara di Pinus dan di Toyib adalah serangkaian, namun kita harus berbagi peran sembari mencari contoh yang kongkrit untuk menjadi narasumber untuk menginpirasi di kegiatan kami. Nah pada acara ini, ada beberapa narasumber yang berpersentasi, yaitu Een Dari KPC Bogor, Pak Ernan Dari Faperta Hijau, Pak Kamil yang menjelaskan tentang biopori.

Pada intinya, di acara ini, kami Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) dalam upaya hampir sama yaitu pengen menyelamatkan lingkugan. Seperti halnya Pak Kamil tentang biopori. Pak Kamil pengen bebrbuat sesuatu untuk mencegah air supaya tidak langsung masuk ke sungai.

Ditambah memang Kota Bogor merupakan kota hujan. Jadi belum tentu aman kalau musim kemarau datang, kata Pak Kamil. Contohnya dua tahun yang lalu, tahun 2012 Bupati Bogor didemo warganya karna susahnya mendapatkan air.  Oleh sebab itu, tutur Pak Kamil, mari kita salurkan air kita ke dalam tanah. Mari kita buat lubang biopori, tutup Pak Kamil.

Pak Ernan, Dekan Faperta IPB menjadi nara-sumber tentang pengelolaan sampah di Kampus Darmaga.

Senada dengan Een Irawan Putra, gimana pada tahun 2009 di Kota Mbogor, ada sebuah kelompok yang lahir dari hanya karna hobynya yang suka memancing di Sungai Ciliwung. Yaitu Hari Yanto (Hari Kikuk) dan Hapsoro (Alm). Dari kedua orang inilah kelompok KPC (Komunitas Peduli Ciliwung) ini terbentuk.

Yang kini saya geluti dengan ber-KPC dan berupaya menyelamatkan Tjiliwoeng tak perduli orangnnya banyak maupun sedikit, tak perlu perdebatan, tak perlu banyak omong, yang perlu adalah apa yang harus kita lakukan jika Ciliwung rusak? Bagaimana jika sungai banyak sampah dan tercemar?

Komunitas ini memiliki slogan Ciliwung Ruksak Hirup Balangsak, yang artinya jika Ciliwung ruksak hidup kita yang tinggal di Daerah Aliran Sungai (DAS) akan balangsak atau sengsara. Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Kota Bogor merupaka sebuah kelompok yang voluntary berkegiatan di Sungai Ciliwung di setiap pekannya.

Asun dari Komunitas Ciliwung.

Hal di atas sama persis dengan apa yang ingin dilakukan oleh Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) untuk menjawab mimpi Sungai Tjisadane yang berair bening, jernih ditumbuhi rerindangan pohon. Hal lain juga sungai dimanfaatkan oleh mansyarakat bantaranya dengan MCK. Bukan dijadikan tempat sampah maupun tempat buang limbah.

Karna, salah satu yang mendirikan Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) merupakan juga yang mendirikan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC), oleh yaitu Hari Yanto Kikuk dan beberapa kawan-kawannya. Maka memang mimpi dan nama Tjiliwoeng juga di bawa ke Tjisadane yang bertujuan tetap melakukan sesuatu didekatnya tinggal.

Tak perduli itu sungai apa, tak perduli orang akan bilang apa, tak perduli dianggap gila. Yang Hari Yanto (Hari Kikuk) dan kawan-kawan pedulikan adalah apa yang perlu dilakukan untuk sumber kehidupan air Sungai Cisadane dan Ciliwung. Demi KWCC yang telah didirikannya bersama kawannya.

Slogannya pun sama yaitu Cisadane Ruksak Hirup Balangsak. Artinya: jika Cisadane rusak, hidup masyarakat di daerah aliran sungainya akan sengsara. Yang membedakan adalah cara dan upaya penyelamatannya. Jika di Ciliwung mulung sampah di sungai setiap hari Sabtu Pagi, di Cisadane memulai berkampanye merubah dan mengingatkan orang-orang dari segi prilaku tidak buang sampah sembarangan. Alasanya dimanapun orang buang sampah, ujung-ujungnya ke sungai dan muaranya ke laut.

Tempat sampah yang memisahkan antara sampah plastik/kertas dan sampah organik.

Nah pada kesempatan acara Handycraft  Argophoria di Koridor Pinus, Faperta IPB, Hari Yanto (Hari Kikuk) diminta menjadi juri kerajinan tangan dan inovasi. Kegiatan ini dilakukaan oleh anak-anak SMA terbaik bangsa di Indonesia.

Hari Kikuk menyampaikan visi missi Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane (KWCC) serta peranannya berkomunitas. Hal lain juga, upayanya menyelamatkan lingkungan di Indonesia khususnya sungai-sungai yang mengalir di Mbogor.




 

Berbagi Pengalaman dalam Pengelolan Sungai oleh Komunitas dimata Dunia.

Pada tanggal 28 November 2014 komunitas wilayah ciliwung cisadane (KWCC), Ciliwung Institute dan recikal tani lestari mengikuti pertemuan terkait pembahasan tentang kawasan puncak di Aula Ahmad Baeihaqi P4W IPB Baranangsiang kota Bogor.

Pada pembahasan dalam upaya penyelamatan puncak yang di lakukan oleh konsorsium penyelamatan puncak, kwcc juga ikutan terlibat serta mengenalkan komunitas wilayah ciliwung cisadane dan Recikal tani lestari pada para peserta yang hadir di pertemuan kawasan puncak yang di hadiri oleh komunitas pencinta sungai dari berbagai daerah di Indonesia hingga manca Negara. peserta komunitas pencinta sungai dari Indonesia terdiri dari Riska dari Ecoton sungai Brantas, Okka dari sungai DAS lamasi dan das bengkulu, Een Dari KPC Bogor, Mulyadi dari sungai kampar, Bob dan DWI dari Forest Watch Indonesia DAS Ciliwung dengan program Daerah tangkapan airnya, sudirman Asun Ciliwung Institute, Tedja Kusuma Komunitas Ciliwung Puncak, Dr. Ir  Ernan Rustiadi selaku narasumber yang mempersentasikan terkait permasalahan puncak dari P4W IPB serta Dekan Fakultas Pertanian IPB, Putri Cantika (utie) dari Comdev P4W Arif Rahman Comdev P4W IPB. Amin Sudrajat dari Recikal tani Lesrai, Andri dari Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane, Hari Yanto (kikuk) dari Ciiwung Cisadane serta Faperta Hijau IPB dan Ardi dari P4W IPB. sedangkan yang dari mancanegara ada dari ada Crista noe dari Both end  Belandan dan kawan-kawan dari benin dan kenya. 

Pembahasan terkait hulu Ciliwung ini sangat seru karna dinilai ada kesamaan dengan apa yang mereka para peserta dari luar negeri lakukan, cuman ada perbedaan dimana kekompakan para komunitas yang ada di Indonsia lebih solid dimata para tamu dari luar Negri itu.

Pembahasan hulu Ciliwung ini merupakan serangkaian yang di inisisi oleh para anggota Konsorsium penyelamatan Puncak dimana puncak sendiri berada di Gunung gede Pangranggo yang juga merupakan hulunya sungai Cisadane, Citarum dan Cimandiri. kalau dari Segi daerah aliran sungai Gunung gede Pangranggo merupakan salah satu gunung yang berada di propinsi Jawa Barat, yang meliputi kabupaten Bogor, sukabumi dan Cianjur. dengan linkup jelajah aliran sungai-sungainya meliputi: Sungai Ciliwung Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota DEpok  dan Propinsi DKI Jakarta.  Cisadane Kab. Bogor, Kota Bogor, Tangerang dan propinsi Banten. Citarum Kab. Bogor, kota Bandung, karawang dan bekasi. Cimandiri Kab. Bogor, kota sukabumi dan kab. sukabumi.

Dalam kunjungan dari berbagai daerah ini selain ingin tau lewat persentasi yang di sampaikan oleh konsorsium juga ingin melakukan studi banding serta mengunjungi beberapa komunitas ciliwung di kab. Bogor, kota Bogor dan kota Depok. salah satu kunjungannya yaitu di komunitas ciliwung puncak, rungkun Awi, mesin pencacaah Komunitas Peduli Ciliwung kota Bogor dan komunitas Ciliwung Depok.
Yang akan dilakukan pada tanggal 29 Nov 2014 ke esokan harinya sembari mengikuti kegiatan memulung sampah di Ciliwung kota Bogor. Namun Sayang bagi komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane dan Recikal tani lestari karna hari sabtu suda ada janji dengan keluarga sehingga tidak bisa mengikuti kunjungan bersama para pengiat sungai Indonesia dan mancanegara. namun pada kunjungan lapangan ini juga di datangi oleh Rita mustika sari (itok) dari Imah Cai serta juga merupakan pengiat sungai dari Telapak, KPC Bogor Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane,  Das Lamasi, Way seputih, kampar, Brantas yang selama ini Rita Mustika sari lakukan dengan menyuarakan sungai-sungai Indonesia.

Upaya dalam pertemuan ini merupakan untuk menyelamatkan sungai-sungai di Indonesia dan berbagi pengalaman dengan Negara lain untuk saling mengetahui kondisi serta apa yang dilakukan oleh negara lain dalam hal penyelamatan sungai.
Ini yang kami lakukan ngimana dengan Anda, apa yang harus dilakakukan untuk keasrian sungai-sungai kita? 

   

Kamis, 27 November 2014

Mimpi komunitas cisadane dalam cerita perjalanan berkomunitas.

Komunitas wilayah Ciliwung Cisadane beraksi dengan cara yang berbeada demi upaya menyelamatkan sungai Cisadane dari prilaku tangan -tangan jail yang mengancam keindanan serta kejernihan sungai Ciliwung dan Cisadane. komunitas ini bertekad serta mau menjadi Satgas tampa di bayar di daerah aliran sungai Cisadane. Pembetukan Satgas pengeloaan faperta IPB hijau di pelopori oleh Dr Ernan Rustiadi yang juga sebagai Dekan Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor. tawaran ini berawal dari keprihatinan Saya Hari kikuk yang hampir tujuh tahun berkegiatan secara voluntary di Sungai Ciliwung, yang tiap pekannya melakkukan aksi memulung sampah di sungai ciliwung . setelah hampir tujuh tahun ini saya karna tidak lagi tinggal di DAS Ciliwung dan pindah di kabupaten Bogor bagian barat di bawah gunung Halimun Salak akhirnya memilih Risen dari tempat kerja saya dengan alasan karna prihatin juga terhadap kondisi sungai Cisadane dimana pertama kali saya melihat anak sungai Cisadane, Cikaniki pada tahun 2008 masih jernih dan ikan banyak, sampai-sampai ikannya kelihatan karna jernihnya sungai Cikaniki. bermodalkan ilmu serta pengalaman selama mendirikan sebuah komunitas Peduli ciliwung kota Bogor dan serta satu-satunya sungai yang memiliki komunitas peduli terhadap sungai di Indonesia yang ada komunitasnya dari hulu hingga hilir. saya mendirikan komunitas peduli ciliwung bersama Almarhum Hapsoro dimana di latar belakagi dar hoby yang sama yang suka memancing ikan di sungi bukan di kolam pemancingan. kami suka memacing di alam bebas, namun ketika memancing di ciliwung kami belum pernah dapat ikan, yang selalu kami dapat adalah sampah plastik akhirnya setelah melalui obrolan di saat memancing hingga kami bertekad mengajak kawan-kawan terdekat kami mendirikan sebuah komunitas OTB atau dengan kepanjangnya komunitas organisasi tampa bentuk namu kegiatan rutin ada dan voluntary. sama persis walau kini kawan saya salah satu pendiri KPC telah tiada, saya tetap bertekad menularkan apa yang telah saya lakukan selama bergelut di komunitas peduli ciliwung Mbogor (KPC) saya bertekad dimanapun saya tinggal akan tetap berbuat sesuatu semampu saya dengan menularkan semangat mimpi Tjiliwoeng. karna saya sekarang tinggal di DAS Cisadane yaa saya pengen berbuat sesuatu untuk menanggulagi sampah maupun pencemaran yang mengacam sungai-sungai dekat ku tinggal tentunya dengan alaasan bahwasan air merupakan sumber kehidup untuk makluk hidup. nah oleh sebab itu saya mendirikan lagi sebuah komunitas tampa meninggalkan tjiliwoeng yang telah saya generasikan pada pengurus yang baru dengan semangat pengen membangun komunitas wilayah ciliwung cisadane(KWCC) dan Cisadane institute. Berawal dari sinilah akhirnya saya memilih jalan hidup menjadi pengelolah sampah dan berani meninggalkan kerjaan sayaa yang dulu nya saya menjadi office boy hingga sampai akhirnya sebelum risen dari tempat saya berkerja menjadi staff daerah tangkapan air di sebuah lembaga di kota Bogor. kini semua itu saya tinggalkan tentunya bukan meninggalkan sepenuhnya karna pada intinya saya saat ini tetap mengeluti seperti halnya apa yang saya kerjakan di tempat saya kerja dulu yang dari nol dari OB menjadi Staff Daerah tangkapan Air.
kini saatnya mungkin saya harus memilih hidup dari nol lagi, berbuat sesuatu di dekatku tinggal, yang membedakan antara yang dulu yang sekarang adalah kalau di tempat saya kerja saya mendapat gaji bulanan sedangkan yang sekarang saya harus membuktikan dari apa yang telah saya jalani menjadi pengelolah sampah/pemulung barang bekas , pengen membuktikan bahwasan apa yang saya kelolah/ppulung menjadi nilai ekonomi bagi saya dan anak istri saya.
tentunya bukan hanya saya, nantinya juga buat orang-orang yang mau serta perduli terhadap lingkungan bahwasannya dengan memilah dan memisahkan sampah ada nilai nominalnya. sejak risen dari tepat kerja saya akhirnya gayung pun bersambut seperti halnya yang saya tuliskan di atas bahwasaannya ada seorang kawan saya dan beliau Dekan di fakultas ternama di negri ini mengajak mengelolah sampahnya di tempat beraktivitas, dengan menerima tawaran sebagai Satgas pegelolah Sampah Faperta hijau secara Voluntary bersama komunitas yang baru berumur satu satu tahunlebih yang saya dirikan yaitu komunitas wilayah ciliwung cisadane dan cisadne institute serta remaja ciketug lebak tani lestari (recikal tani lestari). bagi para pembaca bisa mengunjungi kami di media sosial facebook recikal tani lestari dan cisadane institute maupun di medsosnya faperta hijau IPB.
kemvbali lagi berbuat namu untuk yang cisadane memang berbeda dengan yang ciliwung dimana yang ciliwung itu kami lakukan setiah akhir pekan dan yang cisadane setiap akhir demi kelestarian para petani pingiran hutan yang masih membutuhkan air serta pencegah terhadap permasalahan yang mengacam sungai Cisadane dari ancaman sampah yang masuk ke sungai dengan solusi memilah dan mengelolah sampah menjadi nilai tembahan ekonomi. tentunya perjalanan komunitas wilayah ciliwung cisadane tidak semulus seperti tulisan ini, kami hanaa bermodalkan dengkul dari nol, serta sulitnya mendapatkan dana untuk mengembangkan menjadi lebih besar, namun bukan berarti selama kamitetap beriktiar dan kontiniw, kami yakin komunitas ini akan besar dan menjadi inspirasi bagi orag-orang terdekat kami. tentunya kalangan masyarakat luas nantinya, pastinya kami ingin meraih itu jika memang kami memiliki modal dan menjadikan usaha pengelolan sampah yang arif terhadap lingkungn khususnya bagi sumber kehidupan mahluk hidup.