Pada tanggal 7/10/2014 handphoneku berdering dengan nada dering lagu kesukaan ku "bukatitik jos gandhos". Siang itu ternyata yang sedang menelpon ku adalah Pak Dekan universitas ternama di negeri ini.
Assalam mualaikum sapanya dalam handphone ku jawab wa alaikum salam. Hari sapa nya setelah uluk salam, kamu bisa datang hari rabu besok? Insya Allah bisa pak, oke kalau kamu bisa datang nanti kamu kontak sekertarisku yaa. Oh siap pak....
Hari rabu pagi kami menggadakan acara festival LABU Nusantara, sesuai obrolan kita dan apa yang kamu pilih sebagai jalan hidupmu, kamu bisa memulainya di acara ini dalam hal pengelolaan sampah. Dimana pada acara ini nantinya saya mempunyai konsen terhadap permasalahan sampah paska acara festival selesai.
Saya juga berharap Hari dan kawan Hari bisa mengawasi dari hal penerapan memilah sampah dan memisahkannya menjadi tiga jenis yaitu sampah plastic, kertas dan sampah organik sisa makanan dari para undangan yang hadir pada acara tersebut. Kamu dan kawanmu tolong pastikan dan mengnigatkan pada para orang-orang yang hadir dalam festival ini untuk memisahkan sampahnya ke dalam tiga jenis sampah yang sudah di siapkan tempatnya, tutur pak Dekan padaku. Siap pak... Nanti aku akan sosialisasikan dan akan saya bantu ingatkan para undangan yang hadir untuk membuang sampahnya pada tempatnya dan bedasarkan jenisnya. Ok kalau begitu sampai ketemu hari rabu yaa Hari, siap laksanakan. Tutup obrolan via telpon dengan pak Dekan.
Maksud dari permintaan dari pak Dekan tadi sebenarnya sudah saya tangkap. Tujuan membuang sampah pada tempatnya itu sebenarnya untuk apa? Tujuannya adalah supaya orang-orang yang datang pada acara festival tersebut bisa memulai memisahkan sampahnya dari diri masing-masing serta sudah memulai prilaku buang sampah tidak sembarangan. Namun seperti kebayakan orang kita? Ternyata walau sudah di siapkan tempat sampahnya serta di setiap MC dan pembawa acara mengumumkan untuk membuang sampah pada tempatnya ternyata masih ada juga orang yang masih tidak membuang sampahnya pada tempat yang telah di sediakan.
Namun memang saya akui merubah prilaku itu tidak semudah membalikan tangan? Alasannya kenapa? Aku juga gak tau. Mungkin mereka malas beranjak dari tempat duduknya? Atau malah mereka tidak mengerti tentang sampahnya di buang kemana? Apa malah mereka juga pengen menggujiku dan kawanku, supaya menegor mereka? Aku gak mudeng (ngerti) itu semua. Yang jelas aku selalu berada tak jauh di dekat tempat sampah yang telah di sediakan oleh para panitia Festival?
Tapi kenapa mereka juga tidak bergerak menghampiri tempat sampah yaa. Oh aku tau mungkin memang sampah itu menjadi sesuatu yang memalukan. Atau malah memang sampah itu menjijikan. Ah masak iya.... Kalau memang menjijkana kenapa mereka tidak membawa wadah atau tempat dari rumahnya? Padahal pak Dekan yang jelas-jelas orang yg top markotob aja bisa memisahkan sampahnya sendiri tampa malu. Kok masak iya orang yang hanya hadir sebagai tamu undangan masih ada yang belum menyadari kalau sampah itu harusnya di pilah oleh orang itu sendiri, padahal itu sampah yang di hasilkan dari orang tersebut. Lah aku yang memilih jalan hidup menggolah sampah yang penuh arti bagi saya hanya bisa ngeleng-ngeleng kepala melihat itu semua. Oh aku tau mungkin orang-orang itu belum tau tentang hal itu (memilah sampah dan membuang pada tempatnya) ah gak mungkin lah mereka gak tau. Kan setiap acara rehat selalu di umumkan agar membuang sampahnya pada tempatnya.
Atau mungkin orang-orang itu pura-pura ngak enggeh kali yaa? Oh bisa jadi atau malahan mereka itu golongan (......) Silakan di simpulkan sendiri yaa.
Masak sih mereka gak tau itu? Gak mungkin-ngak mungkin..... Anak-anak aja yang ikutan hadir mereka malah tau dimana tempat sampah plastic. Dimana tempat sampah kertas dan dimana tempat bekas bekas sisa makanan organik. Walah..walah masak iya orang-orang itu gak tau itu pasti hanya sebuah alasan. Tapi kalau semua orang berprilaku seperti itu apa jadinya dunia ini? apa jadinya sungai-sungai yang ada di dekatnya? apa jadinya lingkungan Sekitarnya? Wah aku hanya bisa kawatir doang.....
Tapi untungnya kawanku dan aku masih sadar (segelintir orang) kalau aku juga acuh tak acuh dengan kondisi itu, aku gak bisa banyangkan jika ada sepuluh yang bikin acara yang serupa berapa banyak sampah yang di hasilkan? Untungnya Pak Dekan dengan sigap sebelum bikin acara besar juga ikut memikirkan sampahnya harusnya di kemanakan?
Terimakasih Pak Dekan telah mengajak orang gila ini untuk memikirkan solusi sampah di acara itu. Hasil dari sampah yang di hasilkan dari acara festival tersebut setiap kantongnya seberat 3kg untuk sampah plastik. 3 kg sampah kertas dan kurang lebih setegah plastik sampah dras back sampah organiknya seberat 5,5 kg. Tapi walau pun berat sampah organiknya ternyata di sekitar tempat acara ada lobang-lobang biopori.... Yaaa akhirnya dengan berat sampah organik seberat 11kg bisa di masukan ke 5 lobang biopori.
Aku gak kebayang seandainya paska acara sampahnya gak di angkut dan tiba-tiba hujan turun lari kemana yaa kira-kira sampah itu? Dan akan menjadi apa kalau hanya di diamkan tampa di olah? Waduh aku gak tau, mungkin bisa bikin di sekitar kita bau, selokan mampet, sampah berserakan di jalan-jalan. Atau malahan kemana yaa? Saya tak habis pikir kok masih ada yaa orang yang belum perduli dan memilah sampahnya? Lah pastinya namanya juga hidup pastinya butuh kesimbangan, kalau semuannya melakukan tentunya jadi apa yaa?
Nah tapi kalau semuanya cuek juga terjadi apa yaa? Kalau semuanya melakukan pemilahan pastinya masuk surga semua? Lantas siapa penghuni neraka nantinya? Yaa aku sebagai manusia yaa hanya bisanya cuman menggigatkan saja surga dimana dan neraka dimana? Apa yang kita perbuat sebenarnya sudah menjadi gambaran surga dan neraka itu.
Kalau mau masuk surga yaa tinggal tentukan apa yang harus dilakukan? Kalau ingin melihat surga yaa tinggal kamu lihat sungai-sungai sekitarmu tinggal. Bukankah sungai juga ada di surga?
Pertanyaanya sungai seperti apa yang di maksud. Tentunya yaa yang bagus baguus dan kalau melihat neraka yaa yang di gambarkan dengan yang jelek-jelek dan yang rusak-rusak. Sekarang tinggal pilih aja sampah adanya dimana? Tempat sampah ada dimana? Siapa yang nyampah? Mau di apakan sampahnya? Silakan di jawab bertdasarkan perspektif masing-masing. Tinggal tanya pada diri kita sendiri sampahku tanggung jawab siapa? Sampahmu tanggung jawab siapa? Dan siapa seharusnya yang bertangung jawab itu semua.
Sila dijawab, makasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar